Karya Tulis RR

Selasa, 27 November 2012

Tentang Dosenku (Dr. Sukirno)


(06/04/11) Meski pernah dihadapkan pada situasi yang serba sulit,namun semangat Sukirno untuk meraih pendidikan tidak padam. Justru ia terpacu bekerja keras untuk membiayai sekolahnya. 

“Saya selalu ingin sekolah, tidak ada kata lain harus sekolah,” tegas Kirno saat melanjutkan cerita masa lalunya. Kirno mengisahkan, ia menjejakkan kaki pertama kali di Palembang malam hari karena menumpang kereta pagi dari Tanjungkarang, Lampung. Lalu ia menginap di tempat saudara jauhnya untuk sementara waktu. Tidak butuh waktu lama,akhirnya Kirno mendapat pekerjaan meski hanya sebagai penjual roti. “Saya bekerja di toko roti Fortuna yang dulu ada di depan Pasar Cinde. Saya mendorong gerobak roti keliling dan akhirnya mangkal di depan SMA Negeri 3 Palembang,” tutur suami Hj. Ellis Kartina ini. 

Awal perubahan nasib Kirno terjadi saat dirinya bertemu pegawai sekolah menengah olahraga atas (SMOA) yang terusik dengan kondisi Kirno kala itu.Petugas tata usaha bernama Nawawi Hubir itu sering melihat Kirno melayani pembeli roti di sekitar halaman SMAN 3.Lalu Nawawi pun menanyakan waktu berjualan roti. “Waktu itu saya jawab mulai jualan pukul 15.00 WIB. Mendengar jawaban itu,pak Nawawi lalu menawarkan saya untuk sekolah sembari kerja,”ucap Kirno sambil menerawang coba membayangkan masa lalunya dibenak pikirannya. Akhirnya Kirno pun masuk SMOA pada tahun 1974. Jalan untuk mengenyam pendidikan yang baik dimanfaatkannya sungguh-sungguh. 

Bahkan selama sekolah di SMOA,Kirno tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Pasalnya ia selalu meraih predikat terbaik sehingga mendapatkan beasiswa. Bahkan ia mampu menamatkan SMOA dengan predikat lulusan terbaik. Prestasi cemerlang yang diraih Kirno selain karena kemampuannya sendiri juga atas dukungan yang diperolehnya dari sang kepala sekolah Mazari Mura. Salah satu perhatian Kepsek kepadanya yang tidak terlupa adalah karena ia sebatang kara merantau ke Palembang, maka selama sekolah di SMOA ia tinggal di mess yang khusus dibuat oleh sang Kepsek. “Lulus dari SMOA saya dibebaskan untuk mencari pekerjaan (mengajar) di mana saya mau. Tapi saat itu saya ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.

Akhirnya beliau (Mazari) memberikan saya uang Rp5.000 untuk pendaftaran dan Rp2.000 untuk ongkos ke Jakarta untuk saya melanjutkan ke Sekolah Tinggi Olahraga (STO),”ujar Kirno yang hanya satu tahun kuliah di STO dan bergabung ke IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Setelah menyelesaikan pendidikan di IKIP Jakarta pada 1982, penggemar tenis lapangan dan jogging ini langsung diminta pulang ke Palembang untuk mengajar di sekolah guru olahraga (SGO). Namun belum lama mengajar did sana,pemerintah membubarkan SGO pada tahun 1991. Kirno pun lalu diarahkan bergabung ke Universitas Sriwijaya (Unsri) menjadi dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Merasa tertantang meningkatkan kemampuannya, maka pada tahun 1998 Kirno melanjutkan kuliah S2 di UNJ.Baru menjalani setahun kuliah S2, Kirno langsung ditransfer oleh dewan dosen ke program S3.Hal itu didasarkan pada penilaian terbaik selama menjalani aktifitas kuliah S2. Seiring itu pula, Pemprov Sumsel yang mencium potensi dirinya memberikan satu posisi di Kabid Banpora sekaligus menjadi bagian dari panitia pengelola PON XVI 2004 Palembang. Oleh karena itu Pemprov Sumsel membantu uang sebesar Rp10 juta untuk menyelesaikan S3. Menyelesaikan S3 pada tahun 2002 maka Sukirno berhak menyandangkan gelar doktor (Dr) di depan namanya. 

“Pada waktu pelaksanaan PON Palembang, saya ikut serta dalam kepanitiaan sebagai sekretaris bidang pertandingan,” tukas Ketua Pelaksana FKIP Unsri kampus Palembang ini. Usai perhelatan PON 2004, Kirno pun aktif kembali di kampus. Akan tetapi lagi-lagi PGSD dibubarkan. Sehingga ia pun menjadi dosen Pendidikan Jasmani (Penjas) di FKIP Unsri mulai tahun 2005. “Saya ini orangnya gak bisa diam. Kalau kosong sedikit waktu yang digunakan merancang sesuatu yang berkaitan dengan olahraga.

Salah satu buah pemikiran saya adalah berdirinya Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) pada tahun 2005.Bahkan saya juga ikut mendirikan S1 olahraga di Universitas PGRI Palembang. Alhamdulillah saya dipercaya sebagai ketua jurusan di situ,” kata penulis artikel dan buku ini.


IWAN SETIAWAN – Palembang (Harian Sindo) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar