Jakarta - Menggeluti balapan open wheel, Rio Haryanto sudah pasti memendam harapan untuk suatu ketika menggeluti F1. Tetapi untuk mewujudkannya diperlukan usaha yang tidak mudah dan tentunya dukungan finansial yang kuat.
Rio adalah satu dari atlet olahraga otomotif berbakat yang dimiliki Indonesia. Masih berumur 19 tahun, nama Rio boleh dibilang yang paling tenar saat ini karena ia berkiprah di arena GP2, yang biasanya menjadi feeder ke arena F1.
Debutnya di GP2 dimulai tahun lalu saat memperkuat Marussia-Carlin Team dan finis di urutan ke-14 pada balapan akhir di Singapura September lalu.
Spekulasi bahwa Rio akan naik kelas ke F1 dimulai sejak ia membalap di GP3 tahun 2010 di mana saat itu ia diberitakan akan bergabung dengan Virgin Racing. Lalu sekitar dua bulan lalu ia menjalani tes untuk mengambil SIM F1 di sirkuit Silverstone.
Dari aspek itu, Rio terbilang sudah punya kualifikasi untuk bisa membalap. Namun, satu hal dasar yang boleh jadi menghambat mimpi Rio itu adalah persoalan dana.
Hal senada yang diungkapkan juara dunia dua kali F1 asal Finlandia, Mika Hakkinen, mengenai peluang pebalap Indonesia, dalam hal ini Rio, untuk bisa berkiprah di sana.
"Hmmm... bisa saja. Tapi Anda harus punya kondisi yang bagus, manajemen yang bagus di belakang Anda untuk mendukung Anda dan juga punya koneksi kuat. Yang terpenting tentu saja adalah dukungan finansial yang bagus," ujar Hakkinen dalam acara jumpa pers yang diadakan di Bluegrass Bar & Grill, Epicentrum, Kamis (29/11/2012).
Dukungan finansial tak pelak menjadi salah satu faktor penting dalam keikutsertaan seorang pebalap di F1. Fernando Alonso, misalnya, yang dikontrak Ferrari tahun 2010 dengan membawa pundi-pundi uang untuk pabrikan asal Italia itu setelah bank raksasa asal Spanyol, Santander, jadi sponsor utama mereka.
( mrp / krs )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar