Jika
sebelumnya BirayangBerbagi pernah posting tentang 25 Peristiwa Penting
di Bulan Ramadhan. Maka kali ini tentang bulan Safar, yaitu bulan kedua
setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun
Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau
nol. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu
sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.
Telah menjadi
kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau
bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah
dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa bulan Safar
bukanlah bulan sial.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw
bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah),
tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada
burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti
yang dipercayai).”
Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada wabah
dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar
dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu
melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)
Dalam sejarah Islam,
bulan shafar menempatkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan
dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah hingga kejayaan dan
keruntuhunnya. Berikut 11 peristiwa penting di bulan Safar.
1. Pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Menurut beberapa sumber Rasulullah saw menikahi khadijah rha pada bulan
Shafar. Menurut Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syeikh
Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri Rasulullah muda menikahi khadijah atas
prakarsa Nafisah binti Munabbih. Mahar yang diberikan Rasulullah saw
berupa unta 20 ekor dengan jarak usia lebih tua khadijah 15 tahun.
2. Peristiwa Perang Al-Abwa
Dalam Zaadul Maad Peristiwa ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke 12
Hijrah. Perang Al Abwa disebut pula dengan Perang Waddaan. Pembawa panji
perang saat itu Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika itu panji yang dibawa
berwarna putih. Kepemimpinan kota Madinah sementara waktu diserahkan
kepada Saad bin Ubadah. Perang ini Dilakukan khusus untuk menyergap
kafilah Quraisy namun tidak membuahkan hasil.
Pada peristiwa
ini Nabi berpesan kepada Makhsyi bin Amr adh-Dhamari, yang merupakan
pemimpin Bani Dhamrah kala itu, untuk tidak saling berperang dan tidak
membantu lawan. Perjanjian dibuat tertulis. Itu berlangsung selama lima
belas malam.
3. Tragedi Ar Raji'
Pada tahun 3 H bulan
Shafar datanglah kepada Nabi saw kaum dari Bani 'Adhal dan al-Qaaroh dan
menyatakan bahwa mereka masuk Islam. Dalam Zaadul Maad dikisahkan Kedua
kabilah itu meminta dikirim orang-orang yang dapat mengajarkan mereka
tentang Islam dan membacakan kepada mereka al-Quran. Nabi saw mengutus
kepada mereka enam orang. -Ibnu Ishaq dan al-Bukhari menyebutkan:
sepuluh orang.- yang dipimpin oleh Mursyid bin Abi Mursyid al-Ghanawi,
yang salah satunya Khabib bin Adi. Namun, ketika rombongan sampai pada
suatu tempat bernama Ar Raji' dua kabilah tersebut berkhianat. Para
utusan Islam dibantai dengan dibantu oleh kabilah Hudzail dan menawan
Khabib bin Adi dan Zaid bin ad-Datsiah. Kemudian keduanya dijual di
Mekkah. Mereka berdualah yang nantinya membunuh tetua kabilah Hudzail
pada perang Badar.
4. Tragedi Bi'ir Ma'unah
Peristiwa
Bi'ir Ma'unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang beberapa saat
setelah tragedi Ar Raji'. Diceritakan dalam Hayat Muhammad karya M
Husain Haikal pada waktu itu Rasulullah saw menawarkan keIslaman kepada
Abu Bara' Amr bin Malik. Namun Abu Bara'menolak dengan halus. Kemudian
ia menawarkan kepada Rasulullah saw agar mengutus sahabatnya ke Najd
untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam. Atas jaminan dari Abu Bara'
Rasulullah saw kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr dari Bani Sa'idah
beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai di Bi'ir
Ma'unah Para utusan berhenti dan mengutus Haram bin Milhan membawa dari
Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun surat itu tidak dibaca Amr,
bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan. Kemudian Amir bin Thufail meminta
bantuan kabilah Bani Amir yang akhirnya ditolaknya karena ada jaminan
perlindungan (suaka) dari Abu Bara'. Amir Bin Thufail kemudian mengajak
kabilah Bani Sulaim dan mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara
Amir dan sekutunya dengan utusan Rasululah, akhirnya semua utusan
terbunuh kecuali Ka'ab bin Zaid bin an-Najjar walaupun terluka dan
bergelimpangan bersama jasad-jasad lain. Dia hidup hingga gugur pada
peristiwa perang Khandak.
Pada pertempuran ini terbunuh pula
ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin Aamir sedangkan Amr bin Amiah
adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa Amr dari kabilah Mudhar, Aamir
memotong rambut dahinya (jambulnya) dan membebaskannya dengan jaminan
yang ada pada Amiah.
Amr bin Amiahpun kembali ke Madinah.
Ketika sampai di Qorqorah di Sodr Qonaah (nama tempat) dia berteduh di
sebuah pohon. Pada saat yang sama datanglah dua orang dari Bani Kilaab
turut berteduh bersamanya. Manakala kedua orang dari bani Kilaab
tertidur, Amr membunuh keduanya. Amr merasa sedikit telah membalaskan
apa yang telah dilakukan terhadap para sahabatnya. Tetapi ayalnya,
ternyata kedua orang yang dibunuh itu telah memiliki perjanjian dengan
Rasulullah saw, dan dia tidak menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr
mengabarkan apa yang terjadi kepada Rasulullah saw dan apa yang dia
lakukan terhadap dua orang dari Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Nabi pun bekata,
لَقَدْ قَتَلْت قَتِيلَيْنِ لَأُودِيَنَّهُمَا
"Sungguh engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan keduanya".
5. Kemengan Perang Khaibar
Menurut Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya keluarnya
Rasulullah r ke Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan
permulaannya. Fath (kemenangannya) adalah di bulan Shafar.
Perang Khaibar merupakan peperangan kaum muslimin dengan Yahudi di
Khaibar karena bersekutu denga Raja Hiraklius. Kaum Muslimin menaklukkan
sebuag benteng yang berlapis dengan membutuhkan waktu berhari-hari
untuk mengepung dan menembus masuk ke bentng tersebut.
6. Peristiwa Pengepungan di Khats'am
Peristiwan ini jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas'ud berkata, "Mereka menceritakan:
Rasulullah saw mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke
distrik dari wilayah Khast'am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya
untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh
onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa
orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena
membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh
telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah
pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak.
Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan
apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan
berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt
mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada
para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap
hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat
menyeberang (Zaadul Maad).
7. Masuk Islamnya Bani Udzrah
Bani Udzrah adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan
sampai kepada Qushai salah satu kakek Rasulullah saw. Pada waktu itu
datang kepada Rasulullah utusan dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun
kesembilan sebanyak dua belas orang. Di antaranya Jumroh bin an-Nu'maan.
Mereka menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah saw kemudian
menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan atas Syam dan
diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.
8. Pengangkatan Usamah Bin Zaid
Pada bulan safar Rasulullah mempersiapkan kaum muslimin untuk
berperang. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 3000 ribu dan didalamnya
terdapat banyak sahabat. Rasulullah memerintahkan untuk berangkat ke
tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya tempat gugur (syahidnya)
Zaid bin Haritsah. Keesokan hari, 29 Safar tahun 11 H atau 24 Mei 632
Rasululllah memanggil Usamah bin Zaid supaya menghadap beliau. Setelah
Usamah menghadap, Nabi mengangkatnya menjadi panglima perang untuk
memimpin pasukan yang akan diberangkatkan itu.
Nabi bersabda,
“Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya bapakmu, injaklah mereka dengan
kuda. Aku menyerahkan pimpinan ini kepadamu, maka perangilah penduduk
Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancur binasakanlah) mereka. Cepatlah
kamu berangkat, sebelum berita ini terdengar oleh mereka. Jika Allah
memberi kemenangan kepadamu atas mereka, janganlah kamu berlama-lama
bersama mereka. Bawalah bersamamu petunjuk-petunjuk jalan dan
dahulukanlah mata-matamu.”
Usamah Bin Zaid adalah sahabat
Rasulullah saw yang masih belia usianya. Dikatakan belia karena usia
Usamah ketiak diangkat menjadi panglima perang belum mencapai 20 tahun.
Usamah diangkat menjadi panglima perang sudah dalam kondisi menikah dan
siap perang.
9. Penaklukan Persia
Peristiwa ini
terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Safar 16 H
atau 17 Maret 637 M. Kaum muslimin dibawah pimpinan Saad bin Abi Waqash
memperoleh kemenangan atas Persia. Sebelumnya kaum muslimin berperang
hebat di qadisiyah (masuk negara Irak) serta menduduki istananya. Saad
Bin waqash sebelumnya sempat mengalami luka pedang cukup parah akibat
pertempuran. Namun pertempuran berhasil dimenangkan kaum muslimin.
10. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan
Kota Baghdad yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan Daulah Bani
Abasiyah sungguh kehilangan daya. Pada tanggal 9 safar tahun 565 H/ 14
februari 1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang
tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu'tashim, penguasa
terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad betul-betul tidak berdaya dan tidak
mampu membendung tentara Hulughu Khan.Tentara tar tar ini membantai
serta menghancurkan seluruh isi kota Baghdad termasuk produk Ilmu
pengetahuan. Jatuhnya kota Baghdad yang menandakan runtuhnya Daulah Bani
Umayah disebabkan oleh pengkhiantan yang dilakukan oleh al-wazir
Umayyiduddien Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah.
11. Meninggalnya Pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi
Pada tanggal 27 Safar 859 atau 15 Februari 1455 Sholahuddin
menghembuskan nafas terakhir di damaskus. Para pengurus jenazah
terkaget-kaget karena Sholahuddin tidak memiliki harta. Ia hanya
memiliki kain kafan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang
suriah pada waktu itu). Menjelang wafatnya beliau menyampaikan pesan
yang luar biasa "Jangan Tumpahkan Darah, Sebab darah yang terpecik tak
akan pernah tidur". Beliau meninggalkan penasihat yang merupakan ulama
terkenal yakni Ibnu Qudamah, Ibnu Az-Zaki Asy-Syafi'i, dan Ibnu Naja'
al-Qadiri al Hambali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar